Komunitas Belajar (Kombel) EKASUKMA SMAN 1 Wonosari menggelar Diskusi Kelompok Terarah (DKT) edisi pertama Tahun Ajaran 2025/2026 pada Rabu (29/10/2025) dengan tema “Mengelola Pembelajaran yang Melibatkan dan Memampukan Murid Berefleksi”. Bertempat di Aula Arjuna SMAN 1 Wonosari, kegiatan ini diikuti oleh seluruh guru SMAN 1 Wonosari selaku anggota Kombel EKASUKMA, dengan menghadirkan seorang pemateri istimewa, Drs. St. Kartono, M.Hum. dari Rumah Studi SMA Kolese De Britto Yogyakarta.

Aris Feriyanto, S.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum memberikan sambutan saat membuka kegiatan DKT Kombel EKASUKMA pada Rabu (29/10/2025).
Selain berprofesi sebagai Guru SMA Kolese De Britto dan Dosen Bahasa Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, St. Kartono juga merupakan seorang kolumnis pendidikan yang telah mengorankan lebih dari 600 artikel di KOMPAS, Kedaulatan Rakyat, Majalah BASIS, dan di berbagai media massa lainnya. Ia telah menulis 15 judul buku dan sangat aktif menjadi editor buku, kontributor artikel bunga rampai, penulis kata pengantar buku, dan penyunting bahasa disertasi. Salah satu bukunya yang berjudul “Menjadi Guru untuk Muridku” sudah mengalami cetak-ulang ke-6. Ia bahkan telah memiliki 9 Hak Cipta Terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.
Dengan pengalamannya sebagai pembicara dan pemateri di 750-an forum pengembangan guru dan murid di berbagai wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua, St. Kartono mengajak para anggota Kombel EKASUKMA untuk berdiskusi tentang bagaimana guru dapat membawa murid kepada proses refleksi, dimulai dari menggunakan berbagai macam teks otentik sebagai proses mengumpulkan informasi, membandingkan banyak teks untuk mengasah daya kritis murid, dan menghadirkan contoh.

St. Kartono menjadi pemateri utama dalam kegiatan DKT Kombel EKASUKMA SMAN 1 Wonosari.
Ia mengawali paparan materinya dengan mengingatkan peserta tentang esensi tujuan guru, yakni menjadikan murid pintar dan baik. Berbagai bentuk kurikulum yang pernah ada di Indonesia memiliki kesamaan tujuan yakni membantu murid menjadi pintar secara kognitif dan psikomotorik serta memiliki karakter baik. Dengan demikian, guru perlu menyadari tiga faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut, yakni suasana rumah dan orang tua, karakter dan kepribadian guru, serta mata pelajaran dan cara pengajarannya. Guru memegang peran penting pada faktor tersebut, sehingga guru perlu menyadari bahwa sebanyak apapun metode mengajar yang diterapkan di kelas, pembawaan diri guru merupakan faktor besar yang mempengaruhi semangat belajar murid. Guru yang ceria dan memiliki suara yang membangunkan, serta selalu berpandangan positif dan memahami kondisi para murid adalah guru yang senantiasa dinantikan oleh para murid untuk belajar dengan semangat.

Paparan materi oleh St. Kartono di hadapan para peserta DKT Kombel EKASUKMA.
DKT Kombel EKASUKMA yang berlangsung selama dua jam ini banyak diisi dengan diskusi dua arah antara pemateri dan peserta, juga dengan berbagai praktik pengelolaan kelas yang dilakukan oleh St. Kartono di SMA Kolese De Britto. Ia menunjukkan berbagai contoh kegiatan yang ia lakukan di kelas dalam melibatkan murid dan membantu mereka agar mampu menuju kepada proses refleksi. Peserta DKT juga diminta untuk beropini terhadap berbagai teks yang ia tunjukkan sebagai contoh bagaimana ia melibatkan murid dalam proses analisis teks. Dalam sesi diskusi, salah satu peserta DKT, Brigitta Gun Rinanti, S.Pd. yang merupakan Guru Bahasa Inggris, membagikan pengalamannya dalam melibatkan murid untuk berefleksi sekaligus mengemukakan kesulitannya dalam menyampaikan umpan balik atas refleksi yang dilakukan pada kelas besar. Hal ini kemudian dijelaskan oleh pemateri bahwa guru tidak perlu memberikan komentar atas refleksi murid. Yang perlu dilakukan oleh guru adalah meluruskan refleksi murid yang menyimpang dari nilai kebaikan dan kebenaran, karena sejatinya proses refleksi bertujuan untuk membawa kita pada sikap yang lebih baik.

Dua peserta DKT Kombel EKASUKMA, Brigitta (kiri) dan Meika (kanan), mendapatkan hadiah buku “Menjadi Guru untuk Muridku” atas keaktifannya dalam sesi diskusi. Buku tersebut juga ditandatangani langsung oleh penulis St. Kartono.
Melalui pembawaan diri pemateri yang positif dan penuh semangat, para peserta DKT Kombel EKASUKMA merasakan bahwa kegiatan DKT ini sangat menginspirasi. Banyak hal baik dan motivasi yang didapatkan oleh para peserta sebagai pengingat dan penyemangat dalam mengelola pembelajaran di kelas. Salah satu peserta, Sukaningtyas, S.Pd.K. selaku Guru Pendidikan Agama Kristen, mengungkapkan kebahagiannya dapat mengikuti sesi diskusi bersama tokoh yang menginspirasi perjalanannya sebagai seorang guru. “Sangat menginspirasi dan memotivasi saya yang terkadang lebih suka dengan zona nyaman dan lebih suka mencari kambing hitam daripada berefleksi dan mencari solusi terhadap tantangan pembelajaran yang dihadapi,” ujarnya setelah mengikuti kegiatan ini.

Foto bersama peserta DKT Kombel EKASUKMA dan pemateri St. Kartono pada akhir kegiatan.
Pada akhir sesi, St. Kartono memberikan sebuah pernyataan tentang alasannya menikmati perannya sebagai seorang guru. “Alasan saya betah menjadi guru adalah karena saya gembira menjalani dan berkembang sebagai pribadi. Inilah kunci panggilan hidup sebagai guru,” ucapnya. Pernyataan tersebut kiranya dapat menjadi pengingat bagi setiap guru dalam setiap proses yang dijalani bersama murid. Selamat berefleksi, dan semoga setiap guru senantiasa melibatkan dan memampukan murid untuk berefleksi. (BGR)
EN
ID
0 Komentar
Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!